BREAKING NEWS

10/recent/ticker-posts

Gempa Mentawai 7,3 SR, Perlu Kesiapan Keselamatan Masyarakat

Oleh Yohanes Wempi (Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Kota Padang)

Disaat masyarakat Sumatera Barat tertidur pulas gempa diiringi sirine bertanda tsunami terjadi. Sontak semua masyarakat berbondong-bondong pergi ke daerah yang lebih tinggi atau ketempat bangunan evakuasi tsunami yang sudah berdiri kokoh dibeberapa tempat.

Gempa berkekuatan M7,3 yang awalnya dirilis BMKG, akhirnya diluruskan menjadi gempa berkekuatan  M6,9 mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Gempa terjadi pada pukul 03.00.57 WIB di laut pada jarak 177 Km bara Kepulauan Mentawai Sumatera Barat pada kedalaman 23 km.

Sumatera Barat memang daerah rawan gempa, rawan tsunami dan bencana alam lainnya. Kesemua itu sudah dituntaskan dalam bentuk regulasi daerah oleh Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno, Sumbar wajib membuat program antisipasi dan evakuasi dari gempa dan tsunami.

Penjelasan gempa tengah malam kemari adalah gempa dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi kemarin merupakan jenis gempa bumi dangkal.

Gempa terjadi karena adanya aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault ) yang berpotensi stunami.

Berdasarkan hasil pengamatan tinggi muka laut, tercatat ketinggian tsunami di lokasi TG Tanah Bala pada pukul 03:17 WIB dengan ketinggian tsunami 11 cm.

Hingga pukul 04.35 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya delapan aktivitas gempa bumi susulan ( aftershock ) dengan magnitudo terbesar M4,6.

Menyusul gempa tentu, masyarakat Sumbar dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Penulis selaku masyarakat Sumatera Barat, dalam tulisan ini memberikan pandangan bahwa semua pihak pemangku kepentingan harus serius menyiapkan masyarakat paham dengan metigasi bencana, paham dimaksud adalah sudah memiliki budaya keselamatan dalam diri warga jika terjadi gempa dan tsunami semua berlindung.

Namun tidak budaya kesalamatan saja yang harus dimiliki oleh warga, namun budaya pemangku kebijakan pemerintah seperti kepala daerah, anggota DPRD dan DPR RI asal dapil Sumbar juga memiliki perasaan membangun sarana keselamatan dari gempa dan tsunami tersebut.

Dalam catatan penulisan beberapa tahun terakhir tidak banyak anggota dewan mengarahkan dana pokirnya untuk mitigasi bencana, apalagi membangun gedung dan jalan untuk evakuasi tsunami.

Kepala daerah yang berada yang memiliki kawasan laut tidak pernah lagi membuat program utama atau unggulan mengantisipasi warga akibat gempa dan tsunami.

Salah satu tidak ada keberpihakan kepala daerah pesisir pantai yaitu sekarang sepanjang pantai dibiarkan masyarakat membangun tambah tambak udang Tampa izin.

Idealnya jika ada program antisipasi tsunami maka daerah pantai itu dibangun tembok pemecah tsunami atau ditanam-tanaman mangrove.

Secara teori karena pesisir pantai Sumatera Barat memiliki dampak terhadap tsunami maka Pemerintah Daerah bersikap tegas bahwa pembangunan pantai harus memiliki kajian antisipasi dampak tsunami dan bencana alam lainnya.

Penulis berharap dengan momen gempa yang mengguncang kemarin, kembali terketuk hati pemangku kepentingan agar kembali memberikan program prioritas pembangunan mitigasi  bencana gempa dan tsunami.

Tetap ingat selalu bahwa Sumatra Barat merupakan daerah rawan gempa, rawan tsunami, rawat bencana alam lainnya, mari persiapan segala sesuatu antisipasi, persiapan sebelum Kita menyesal[*].

Posting Komentar

0 Komentar